7 Fakta Baru Pembunuhan Sadis Wiwin di Natuna

7 Fakta Baru Pembunuhan Sadis Wiwin di Natuna

Tersangka pembunuhan Wiwin diringkus petugas kepolisian (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Natuna - Penyesalan terlihat dari raut wajah Khairul (36). Tersangka kasus pembunuhan istrinya sendiri, Wiwin (32). Pria itu kini dijerat pasal 338 dan 340 KUHP terkait pembunuhan.

Dari kasus pembunuhan sadis itu terungkap sejumlah fakta. Terutama mengenai detik-detik kasus itu terjadi.

Berikut sejumlah fakta mengejutkan tersebut:

 

Khairul Menyesal

Khairul saat diperiksa penyidik Reskrim Polres Natuna nampak menyesal dengan kelakuannya. "Saya nyesal," ujarnya.

Pria ini nampak tidak berdaya dan sudah pasrah akan keadaan. Ia hanya tertunduk. Pasal 340 KUHP terkait pembunuhan jika berencana bisa diancam seumur hidup atau hukuman mati, sementara Pasal 338 KUHP pembunuhan diancam hukuman maksimal 15 tahun.

Hal itu tergantung pembuktian yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh pihak kejaksaan dalam meneliti kasus sebelum proses tuntutan dilakukan. Hingga nanti keputusan diambil oleh pengadilan. Polisi kini sedang merampungkan berkas perkara.

 

Periksa Delapan Saksi

Wakapolres Natuna, Kompol Joko Priyanto mengungkapkan pihaknya sudah memeriksa delapan orang saksi-saksi terkait kasus ini.

"Kami sudah periksa delapan orang saksi. Sementara ini dari pengakuan tersangka, motifnya memang sakit hati dan kebencian akibat cemburu dan perkataan korban yang mengatakan tersangka ini miskin," ujar Joko, dalam keterangan Pers, Rabu (7/12/2016)

 

Kepala Wiwin Dipukul Broti

Kasat Reskrim Polres Natuna, AKP Komarudin menuturkan jika Khairul dalam menghabisi istri yang dinikahinya secara siri itu, ternyata sempat menusuk-nusuk dada Wiwin dengan pisau lipat.

"Awalnya mereka cekcok. Lalu korban lari karena tersangka memegang pisau lipat. Ia sempat menusukkannya ke badan Wiwin. Saat itu Wiwin pun berusaha menjauh. Khairul lalu mengejarnya dan membekap korban. Tangan kanannya kembali menusuk dada korban beberapa kali. Setelah itu tersangka menghantamkan kayu broti ke kepala korban," kata Komarudin.  

Wiwin yang dihantam kayu broti langsung roboh. Dari pemeriksaan forensik, hantaman itu membuat tulang tengkorak Wiwin bagian belakang retak. 

 

Khairul Curi Parang Pemilik Ladang

 Tidak puas dengan itu, iblis yang masih menguasai jiwa Khairul lantas membuatnya mencari sebuah parang.

"Ia mencari parang tidak jauh dari lokasi. Parang itu milik orang di sana (berladang). Kebetulan lokasinya dengan tempat korban bekerja sebagai pemecah batu.

Pemilik parang sempat menegur Khairul. Namun Khairul mengacungkan parang yang membuat pemilik parang itu takut," ujar Kasat Reskrim Polres Natuna, AKP Komarudin.

 

Khairul Tebas Leher dan Tusuk Untuk Memastikan Wiwin Tewas   

Khairul kemudian membawa parang menuju Wiwin yang sudah terbaring tak berdaya. Ia kemudian menusuk perut Wiwin beberapa kali. Setelah itu menebas leher Wiwin Hal ini ternyata untuk memastikan korban benar-benar tewas.

 

Khairul Hanya Minum Air Rawa Selama Peresembunyian

Selama dalam pelariannya, Khairul berhasil ditangkap aparat Polres Natuna di sebuah lokasi di kawasan perladangan di Kampung Puak. Warga menyebut dengan Tegul (*bukit/red) Tinggi.

Selama dalam persembuanyiannya itu, Khairul hanya minum air rawa-rawa untuk bertahan hidup.

 

Antara Emosi dan Harga Diri Seorang Pria

 Dari tragedi magrib berdarah itu, terungkap hal-hal baru. Beberapa pelajaran bisa dipetik hikmahnya. Dari penyidikan polisi, kekesalan Khairul ibarat bom waktu yang terpendam sekian lama.

Banyak hal yang membuatnya sakit hati. Memang dulunya mereka menikah siri, namun perpisahan sempat terjadi, hal itu karena Wiwin diakui Khairul  berselingkuh.

Bahkan Khairul dikabarkan sempat memergoki Wiwin melakukan hubungan intim dengan pria lain dengan mata kepalanya sendiri.

Namun perkawinan yang berjalan hampir 5 tahun itu coba dirajut kembali oleh Khairul. Ia kemudian menjajaki untuk tinggal bersama lagi.

Khairul berniat mengajak Wiwin hidup dalam ikatan resmi pernikahan (bukan nikah siri). Ajakan itu ditolak Wiwin dengan berbagai alasan. "Wiwin mengatakan kata jika pelaku miskin, tidak punya kerjaan dan orang susah," ujar Kasat Reskrim.

Hal ini yang lantas membuat harga diri Khairul sebagai pria 'terinjak-injak' dan terhina.

Pernyataan agaknya kerap disampaikan Wiwin. Hingga pada hari itu, akumulasi emosi yang terpendam sekian lama tidak tertahankan. Tragedi pun terjadi.

 

[Fox]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews