Menguak Isi Hutan Mangrove Sungai Sebong Bintan yang Memesona

Menguak Isi Hutan Mangrove Sungai Sebong Bintan yang Memesona

Rombongan para jurnalis yang mengeksplore hutan mangrove Sungai Sebong, Bintan (Foto: Aji Anugraha/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Bintan - Jika Anda menginap di Bintan Lagoon Resort (BLR), jangan lewatkan keindahan alam dan keaslian hutan mangrove Sungai Sebong, Desa Sebong Lagoi, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan.

Saat batamnews.co.id diajak berkeliling bersama konsultan promotion BLR, Sinta, bersama 11 media lokal dan nasional, hamparan hutan mangrove alami itu tampak sangat memukau. 

Apalagi, flora dan fauna di hutan mangrove sepanjang 6,8 kilometer ini masih terjaga.

Sepanjang perjalan rombongan sejumlah jurnalis dipandu tour guide berpengalaman dari Mangrove Tour Guide BLR bernama Madi. 

Madi memang sudah cukup lama mengenal seluk beluk Sungai Sebong sejak delapan tahun lalu mengatakan dulunya, termasuk isi mangrove.

Sungai Sebong kata dia merupakan jalur lintas kapal tambang pasir.

Ular bakau Sungai Sebong

 

"Dulunya tempat ini jalur lalu lintas kapal pengangkut pasir dari Bintan ke Singapura," ujar dia sembari menelusuri hutan mangrove tersebut.

Sungai Sebong memiliki tiga arus air yang berbeda-beda rasa, tiga arus itu dikatakan madi masuk kedalam tiga Pos, pos itu terdiri daari Pos air asin, agak ketengah airnya payau, dan semakin ke hulu anda akan merasakan air berubah menjadi tawar.

Perjalanan menuju Sungai Sebong dimulai. Sebelum bergerak, setiap peserta harus menggunakan jaket pelampung.

Begitu keluar dari dermaga speed boat dengan muatan 11 penumpang plus juru mudi kami batu yang dianggap keramat.

Batu keramat ini dipercayai penduduk setempat sebagai tenpat persembahan atau meminta pertolongan dari dahulu hingga saat ini.

"Bisanya kalau akhir tahun pengunjung berdatangan meletakkan sesajen seperti makanan, buah-buahan, bunga-bunga dan dupa diatas batu ini. Namanya disebut Batu Keramat," kata Madi.

Puing-puing kapal

 

Sepintas diceritakannya menganai batu kramat itu kemudian kami  disuguhkan dengan sebuah objek peninggalan sejarah, Dapur Arang. Namun jangan turun ke darat, di sekitaran dapur arang ini dikhawatirkan banyak binatang melata.

Dapur arang ini merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan sejarah suku laut pada perang dunia ke-2 . Bentuknnya seperti rumah Honai, rumah papua adalah tempat mengolah  hasil tangkapan laut para penduduk zaman itu. Kita hanya diberikan kesempatan untuk melihat dari pinggir sungai.

Selanjutnya kita akan masuk kedalam kawasan sungai yang lebih sempit, kali ini kita akan melihat beragam hewan melata lainnya, seperti ular phiton, kobra bakau, hingga ular berwarna hitam kuning khas Sungai Sebong, gigitan ular tersebut dinilai cukup berbahaya. 

Sisa peninggalan dapur arang

 

Namun di pagi hari hewan liar itu memilih tidur dan pengunjung pun bisa mengabadikan moment langka tersebut.

Suasana sejuk menjadikan anda lebih tenang di dalam hutan mangrove ini. Suara kicauan burung juga masih terdengar natural dan sesekali jika anada beruntung anda dapat melihat konvoi monyet hutan melintasi sungai ini.

Di balik ketenangan hutan, konon di kawasan mangrove tersebut juga di jadikan tempat persembunyian oleh sejumlah negara-negara. Jadi, tak heran banyak wisatawan yang datang dari luar negeri, seperti Australia dan Singapura.

"Untuk sekarang bagi mayoritas pengunjung sendiri dari wisatawan China dan Singapura yang berkunjung di kawasan mangrove," katanya.

Kemudian terlihat juga beberapa kapal bekas pelarian dari negara-negara itu bersander di pinggir sungai ini. Kapal yang sudah berkarat itu menjadi perhatian wisatawan. Jadi bagi Anda yang ingin ikut menyaksikan keindahan alam mangrove, tidak ada salahnya untuk datang ke Desa Telok sebong, atau melalui penginapan Bintan Lagoon Resort.

 

[aji]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews