Menelisik Kehidupan Imigran

Nasib Miris Anak-anak Imigran di Batam, Tidur di Tenda dan Kelaparan

Nasib Miris Anak-anak Imigran di Batam, Tidur di Tenda dan Kelaparan

Sejumlah anak-anak imigran yang telantar di Taman Aspirasi Batam Centre, Batam, Kepri. (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Puluhannya imigran pencari suaka dari berbagai negara Timur Tengah, kini menjadikan Taman Aspriasi Jalan Engku Putri Batam Centre, Batam, Kepri, menjadi rumah kedua.

Tidak saja orang dewasa, namun ada belasan anak-anak yang juga bermukim di sana. Taman Aspirasi itu kini berubah bak pengungsian.

Selain orang dewasa, ada juga anak-anak yang masih berumur 4 bulan hingga 10 tahun. Anak-anak tersebut berjumlah 16 orang yang terdiri dari 14 orang Afganistan, 1 dari Sudan dan 1 dari Somalia.

Diantaranya ada yang masih berusia 4 bulan, sedangkan yang paling tua berusia sekitar 10 tahun.

Total keseluruhan imigran yang berada di Taman Aspirasi diperkirakan mencapai 96 orang.

Pantauan Batamnews, anak-anak tersebut hanya bisa bermain di salah satu tenda besar yang berada di tengah-tengah taman, kegiatan mereka sepanjang hari bermain dan tidur.

Baca juga:

Kami Pilih Batam, Kami Trauma Perang di Afghanistan

 

Selama 5 bulan di Taman Aspirasi, yang mereka makan sehari-hari hanya mie instan, terkadang kacang hijau dimasak dengan beras menjadi menu makanan anak-anak imigran tersebut.

"Kami pernah dikasih ikan yang sudah dimasak, tidak sering dikasih, kalau ada aja yang kasih kalau sehari-hari makan mie instan itupun kalau ada, kalau enggak ada kami menanak beras bersama kacang hijau," kata Yahya, Imgran asal Sudan yang sudah fasih berbahasa Indonesia, saat ditemui batamnews.co.id, kemarin.

Tak jarang mereka terpaksa berpuasa lantaran tidak ada bantuan makanan dari dermawan.

"Waktu itu kami tidak dapat bantuan, 3 hari kami berpuasa, kami benar-benar cuma bisa mengharapkan bantuan dari para dermawan," kata Hussein.

Mereka mengaku tidak akan pernah mau dideportasi ke negara asal mereka. Perang dan konflik berkepanjangan telah membuat mereka trauma mendalam.

Bahkan sebagian besar para Imigran terpaksa meninggalkan keluarga di negaranya. Seperti halnya Khodim Hussein yang terpaksa meninggalkan kedua orangtuanya di Afghanistan.

"Kalau disuruh kembali saya tidak sanggup,” ujar Hussein.

 

MARGARETH NAINGGOLAN

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews