Editorial

Jurus Kuda Jingkrak ala Wali Kota Rudi

Jurus Kuda Jingkrak ala Wali Kota Rudi

H.M. Rudi (Foto: dok)

HENGKANGNYA Ketua DPC Demokrat Batam H.M. Rudi ke Partai Nasdem Provinsi Kepulauan Riau masih terus jadi perbincangan hangat. Bagaimana tidak, Rudi sudah mengecap menjadi tiga kader di partai politik berbeda.

Loncatan Rudi ini bak ‘kuda jingkrak’ Ferrari. Ia tahu betul bagaimana bermain di lintasan kering maupun basah. Kapan menelikung dan kapan memotong seperti ajang Formula 1.

Di masa jaya Michael Shcumacher, pebalap jet darat Formula 1 sulit ada yang mengalahkan. Ia piawai di lintasan dan jago manuver di tikungan.

Hampir-hampir sulit mencari lawan sebanding dengan pria asal Jerman itu. 

Schumacher yang kini berusia 47 tahun itu merebut juara F1 bersama Benetton serta Ferrari sebanyak tujuh kali, termasuk lima kali berturut-turut, dan mundur dari balapan pada tahun 2012 setelah sempat bergabung dengan Tim Mercedes tahun 2010. Schumacher memang sulit jauh dari podium utama.

Begitu juga halnya Rudi. Ia tak mau jauh-jauh dari podium kemenangan. Yang pasti, tentu saja Rudi berpikir, tak mau berlama-lama di partai yang hendak “karam” tersebut.

Dalam hitungan matematika sudah jelas, Nasdem merupakan salah satu parpol yang tengah di atas angin. Di percaturan politik, Nasdem salah satu partai pemenang baik di pilpres yang ikut mendukung Jokowi sebagai calon presiden dan menang. 

Partai ini juga sangat diperhitungkan di pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden yang akan datang.

Sedangkan Demokrat memilih oposisi. Kalau boleh disebut, lebih tepatnya “absurd”. Lagi pula sosok Susilo Bambang Yudhoyono belakangan terus meredup. Bak kata disebut dengan senja kala. Mendekati ke magrib. Tidak ada sosok yang lebih kuat dari SBY untuk saat ini.

Rudi sendiri sebelumnya diketahui sebagai kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Batam dan sempat menduduki ketua partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu.

Pada tahun 2013, mantan anggota Polri itu kemudian loncat dari PKB ke Partai Demokrat. Ia menjabat sebagai Sekretaris DPC Partai Demokrat Batam. Saat itu Demokrat adalah partai penguasa. Pemegang tampuk kekuasaan. SBY presidennya terpilih dalam dua periode.

Saat menjadi sekretaris, Rudi mendampingi Ahmad Dahlan, Ketua DPC Partai Demokrat Batam.

Pada tahun 2011 Rudi terpilih bersama Ahmad Dahlan sebagai wakil wali kota Batam. Dahlan dan Rudi diusung penuh Partai Demokrat dan PKB. Pada saat itu Rudi masih setia di PKB.

Di tengah perjalanan, tahun 2013, Rudi pun melompat ke Partai Demokrat dengan menjadi sekretaris. 

Kemudian pada Februari 2016 lalu, Rudi pun secara diam-diam terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPC Demokrat Kota Batam menggantikan Ahmad Dahlan yang tak lagi menjabat dalam Muscablub DPC Partai Demokrat yang digelar.

Baru 6 bulan menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Batam, mantan anggota DPRD Batam dari Partai PKB itu  lalu melanjutkan petualangannya.

Dalam rapat konsolidasi dan koordinasi Partai Nasdem di Batam, Rudi pun ditunjuk sebagai Sekretaris Partai Nasdem.

Rudi mendampingi Nurdin Basirun yang menjabat sebagai Ketua DPW Partai Nasdem Kepulauan Riau. 

Nurdin saat ini menjabat sebagai Ketua DPW Nasdem Kepulauan Riau. Ia juga diusung sebagai wakil gubernur Kepri melalui Nasdem.

Belakangan pasca Gubernur HM Sani meninggal dunia setelah beberapa bulan dilantik, Nurdin akhirnya ditunjuk sebagai Gubernur Kepulauan Riau menggantikan almarhum Sani.

Belum diketahui apa langkah politik Rudi. Bisa jadi Rudi berniat maju ke tingkat provinsi pada Pilkada Provinsi Kepulauan Riau. Rudi sedang memainkan strategi politik. 

Tentu saja bukan untuk saat ini saja namun perhitungannya sudah jauh hingga 5 tahun mendatang. Barangkali Rudi juga berminat ke tampuk Kepri 1.

Namun langkah Rudi ini jamak disebut sebagai langkah pragmatis nan oportunis.

Rudi seolah hanya memikirkan kepentingan sesaat. Dalam benaknya, memang begini budaya politik saat ini.

Ia pun pantas disebut oportunis. Sosok oportunis memiliki aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian sebuah kesempatan, untuk menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu.

Barangkali Rudi tahu betul bagaimana tradisi partai politik saat ini. Siapa yang berkuasa, itu yang memegang kendali penuh. “Bendera” yang tengah berkibar sepantasnya dihormati lebih, kapan perlu siap sedia di bawah tiang bendera.

Perjalanan karir politik Rudi ini memang bak arena balap Formula 1 atau bahkan seperti MotoGP yang penuh manuver serta intrik di lintasan. Lengah sedikit ditelikung di tikungan tajam. Kawan pun bisa menjadi lawan. 

Namun bagaimana pun saat ini Rudi sukses menjalankan politik “kuda jingkrak”. 

Bagi Rudi seperti tak ada kata setia dalam politik. Baginya yang penting tujuannya tercapai. Terlepas dari apakah manuver itu untuk kepentingan masyarakat atau justru ada kepentingan udang di balik batu.


Suai tak?

 

[zm]


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews