Tensi Tinggi Berebut Kursi Wagub Kepri

Tensi Tinggi Berebut Kursi Wagub Kepri

Birgaldo Sinaga (Foto: dok. pribadi)

POLITIK itu orientasinya merebut kekuasaan. Partai politik lahir untuk menang berkuasa. Berkuasa artinya punya wewenang kekuasaan mewujudkan gagasan cita cita ideal tentang kesejahteraan rakyat dan kemakmuran rakyat. Sejarah mencatat kekuasaan itu selalu menjadi pedang bermata dua. Bisa membawa kebaikan bisa juga keburukan. 

Tataran ideal kekuasaan itu tidak selalu sebangun dengan implementasi saat berkuasa. Jamak kita tahu perebutan kekuasaan yang berbiaya mahal itu akhirnya menjerat penguasa itu. Kekuasaan yang diperolehnya dengan pengeluaran gede harus dibayarnya dengan cara merampok uang APBD atau berkongkalingkon dengan sponsornya melalui kebijakan yang merugikan kepentingan umum. 

Kekuasaan itu dikapitalisasi penguasa untuk menguasai sumber daya dan menyelewengkan kekuasaan untuk kepentingan kelompoknya. Dipermukaan lips service membangun rakyat, ditataran ruang gelap mengeksploitasi kekayaan negara. Selalu begitu habitat penguasa di republik ini.

Pertarungan Pilkada Gubernur Kepri antara SANUR vs SAH setahun lalu bolehlah kita kenang sebagai pertarungan perebutan kekuasaan yang paling dramatis sepanjang sejarah pilkada. Dua pasangan calon petahana head to head. Keduanya sangat mencolok perbedaannya. Bisa disebut dua pasangan calon ini pertarungan antara Tua vs Muda. Lemah vs Kuat. Pas pasan vs Tajir.

Dua kondisi ini pada akhir September 2015 memantulkan gambaran kekuatan calon yang terekam oleh beberapa lembaga survei kredibel. Pasangan SAH unjuk gigi dengan tingkat elektabilitas di atas 50-an persen suara. Sedangkan pasangan Sanur berkisar 20an persen suara. Saat itu hampir semua orang memprediksi pasangan SAH akan menang mudah melawan SANUR. No doubt about that.

Politic is art of possibility. Politik itu seni kemungkinan. Sekecil apapun peluang selagi masih ada waktu bisa berubah. Dinamis dan cair. Itu rumus dasar politik. 

Rumus dasar itu bagi orang optimis akan membuatnya mengeluarkan energi sekuat tenaga, dan mengeluarkan idea secemerlang mungkin. Ketika uang pas pasan, maka energi dan akal menjadi tiang utama memenangkan peluang kecil itu. 

Sementara bagi calon unggulan survei, angka elektabilitas tinggi itu bisa jadi malah menjadi kutukan. Meninabobokkan dan memabukkan. Akhirnya ceroboh, menganggap enteng dan lamban. Ujungnya ditikungan akhir disalip tanpa bisa balik mengejar ketertinggalan.

Pilkada Gubernur Kepri lalu mengajarkan banyak hal kepada kita. Uang dan kekuasaan yang dominan bukanlah faktor penentu kemenangan. Ada hal lain yang lebih penting. Dukungan tulus pendukung relawan yang termanifestasikan dari militansi, kesetiaan, rela berkorban dan pantang menyerah adalah kunci kemenangan.

Sejarah mencatat semua peristiwa itu, bahwa tim relawan Sanur yang berjibaku bahu membahu menapak anak tangga meski tertatih tatih tanpa logistik yang cukup akhirnya berhasil menggendong Sanur ke puncak kekuasaan. Menaikkan bendera Sanur di  puncak tertinggi karena semua relawan yang turun serempak memenangkan Ayah Sani berjuang dengan ketulusan dan keberanian. 

Di balik kemenangan itu sebenarnya banyak peristiwa politik yang mengejutkan publik. Semasa  kampanye berlangsung suasana benar benar menegangkan. Kebatinan pesta demokrasi cukup mencekam publik Kepri. 

Kasus kekisruhan Debat Publik Cagub Cawagub di Pacifik Palace 24 November 2015 menjadi catatan hitam yang tidak terlupakan rakyat Kepri. Publik terkejut tidak percaya bagaimana bisa peristiwa memalukan yang mencoreng pesta demokrasi bisa terjadi saat debat kandidat yang mulia itu sedang diliput langsung oleh media nasional dan disaksikan jutaan orang?

Pesta demokrasi sejatinya harus tertib, beradab, taat hukum dan damai. Itu pesan dan perintah Presiden Jokowi. Sayangnya pesta demokrasi di Kepri malah tercoreng hitam oleh aksi lepas kontrol dan serangan membabi buta tanpa akal sehat dan hati jernih. 

Untungnya, kerasnya pertarungan perebutan kekuasaan itu tidak bereskalasi semakin tajam. Kedewasaan pasangan Sanur dan relawan pendukungnya yang tetap tenang membuat adem atmosfir perhelatan demokrasi itu. 

Publik percaya bahwa diatas semua usaha dan upaya ada Tuhan yang menentukan garis tangan. Relawan percaya semata mata atas keyakinan teguh bahwa Kepri harus dipimpin orang baik. Dan perjuangan itu harus terus diperjuangkan sampai batas akhir.

Pada 9 Desember 2015, menjadi catatan bersejarah ketika rakyat Kepri memutuskan pilihannya. Ayah Sani dan Nurdin Basirun menang secara dramatis dengan selisih 6 persen suara lebih dari pasangan Soerya Ansar.

Seluruh pendukung dan relawan berpelukan menahan tangis atas kemenangan bergemuruh ini. Sayangnya kemenangan itu tidak diakui oleh tim Sah. Keputusan KPUD Kepri tidak diakui oleh Sah. Akhirnya gugatan menolak hasil KPUD Kepri diajukan ke MK. 

Saluran gugatan konstitusi itu menahan dua bulan perayaan kemenangan. Gugatan itu mau tidak mau harus dihadapi dengan tenang dan arif. Sidang MK berjalan bulan Februari. Ada tiga kali sidang. Dan sidang ke empat akhirnya Majelis MK memutuskan menolak gugatan tim Sah.

Pada Februari, Sani dan Nurdin resmi dilantik di Istana Negara oleh Presiden Jokowi. Semua relawan dan pendukung bersyukur. Senang dan sukacita. Babak baru perjuangan mewujudkan visi misi Sanur segera dimulai. 

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Belum sampai dua bulan berkuasa, Ayah Sani menghadap Sang Ilahi. Gubernur Kepri meninggal dunia. Kepri berduka. Tidak menyangka Ayah Sani pergi begitu cepat.

Keadaan itu membuat konstelasi politik Kepri berubah cepat. Kasak kusuk di lapak pembicaraan politisi mulai riuh. Pasalnya sang Wagub Nurdin Basirun akan naik menggantikan Gubernur Sani yang berhalangan tetap. Sementara sesuai undang undang posisi wagub yang lowong ditinggal Nurdin harus diisi secepatnya.

Hari ini, pengisian nama kandidat cawagub pengganti Nurdin Basirun terdengar kencang di obrolan relawan dan pendukung Sanur. Pasalnya relawan dan pendukung yang mati matian memenangkan Sanur tahun lalu terkejut setengah mati mendengar kabar berita SR masuk bursa kandidat. Relawan dan pendukung santer mendengar lawan yang dihadapi saat pilgub lalu masuk bursa cawagub. 

Tersiar kabar di media ada usaha dan lobi-lobi di partai pengusung nama SR masuk bursa rekomendasi yang akan dipilih anggota DPRD Kepri. Tersiarnya kabar kencang ini membikin suasana politik Kepri yang tenang beranjak panas. Tak ada asap jika tak ada api. Tentu dentingan kabar nama SR masuk bursa memantik segenap relawan turun gunung kembali merapatkan barisan.

Simpul simpul relawan mulai bersuara. Ini sangat tidak masuk akal. Di luar nalar dan akal sehat. Publik mencurigai ada upaya partai pengusung melakukan transaksi dan barter kekuasaan. Logika publik dibuat jungkir balik. Bagaimana mungkin lawan yang dikalahkan saat kompetisi pilkada Gubernur Kepri dipasang karpet merah oleh beberapa partai pengusung? Ada apa ini?

Dinamika politik perebutan kekuasaan wagub lowong ini tentu tidak bisa disepelekan oleh segenap relawan Sanur. Politik sekali lagi tentang seni merebut kemungkinan berkuasa. Kekuasaan itu manis dan memabukkan. Jika lengah dan anggap sepele maka nalar yang jungkir balik itu bisa saja jadi kenyataan

Banyak orang berani melakukan apa saja asal bisa berkuasa. Api yang membakar akal sehat publik dengan manuver akrobatik partai pengusung yang memasukkan nama SR sebagai cawagub pendamping Nurdin Basirun patut diwaspadai. 

Jika sampai nama SR yang merupakan lawan saat pilgub lalu bisa masuk dalam bursa pemilihan cawagub di Sidang Istimewa DPRD Kepri mau tidak mau, suka tidak suka, jalan perlawanan kepada partai pengkhianat perjuangan Ayah Sani itu harus kita lakukan. 

Tidak ada jalan lain bagi relawan pejuang Sanur  selain memastikan partai pengusung itu kembali ke jalan lurus pada perjuangan tulus para relawan dan pendukung yang mati matian telah mengorbankan materi, waktu,  tenaga, pikiran bahkan  nyawa sekalipun saat memenangkan Sanur. Dan itu pasti terjadi apapun taruhannya.

Salam memBara…

Birgaldo Sinaga
Relawan SANUR/Ketua DPD BaraJP Kepri

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews