Saya WNI, Saya Etnis Tionghoa Tapi Selalu Diinterogasi Imigrasi Singapura...

Saya WNI, Saya Etnis Tionghoa Tapi Selalu Diinterogasi Imigrasi Singapura...

Suasana di salah satu konter Imigrasi di Singapura. (foto: istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Warga Batam mengeluhkan perlakuan aparat imigrasi Singapura terhadap warga Indonesia yang dianggap sudah kelewat batas. Semua orang yang memiliki nama-nama Muslim dicurigai dan diinterogasi.

"Menurut saya aparat di Singapura sudah berlebihan. Semua orang Indonesia diperiksa apalagi yang namanya berbau Islam," kata pria berinisial A, seorang warga Batam kepada Batamnews.co.id, Sabtu (27/8/2016).

A sendiri adalah WNI dari etnis Tionghoa. Karena namanya yang berbau nama Muslim, ia juga mendapat perlakuan tidak mengenakkan jika ke Singapura. "Saya juga kena interogasi di Singapura," katanya kesal.

Ia menilai, langkah pemerintah Singapura itu terlalu berlebihan. Padahal, orang Indonesia adalah salah satu yang membuat ekonomi Singapura bergerak. "Coba lihat, berapa ribu orang Indonesia ke Singapura setiap hari. Baik itu dari Batam, Tanjungpinang, Jakarta, Medan dan lainnya. Mereka melancong dan berbisnis. Kalau begini saya jadi malas ke Singapura jadinya," ujarnya.

Ia mengatakan, hal itu dialami oleh orang Indonesia setiap hari di Singapura. Ia menilai, kemungkinan langkah aparat lantaran ketakutan akan ancaman bom oleh kelompok teroris yang dikabarkan akan meluncurkan roket ke Marina. "Menurut saya, itu tetap berlebihan," katanya.

Ia meminta pemerintah terutama Presiden Jokowi bersikap tegas dan tidak membiarkan harga diri rakyatnya dilecehkan Singapura. "Banyak orang yang punya nama seperti saya. Bagaimana jika mereka ke Singapura, saya rasa akan mendapat perlakuan sama," katanya.

Hal yang sama dikatakan Firman, seorang warga Batam yang setiap pekan ke Singapura untuk bekerja. "Di pelabuhan, kalau ada orang Indonesia yang menyebut mau ke Marina. Dipastikan semua yang dibawa digeledah, bahkan disuruh membuka pakaian," kata Firman.

Ia menyebut, selain pemeriksaan paspor dan identitas, setiap WNI diwajibkan lagi diambil sidik jari. "Walaupun setiap hari ke Singapura, tetap kena juga," kata Firman.

Baru-baru ini juga dialami mantan Mantan Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia (TNI), Letjen (Purn) Johannes Suryo Prabowo. Ia diinterogasi selama satu jam lebih oleh aparat Singapura.

Suryo mengaku tidak terima dimasukkan dalam daftar hitam oleh imigrasi Singapura, dan meminta pemerintah Singapura agar meminta maaf kepadanya.

"Tuntutan saya pemerintah Singapura minta maaf bukan hanya penjelasan. Berhenti menunjukkan sikap permusuhan dengan bangsa Indonesia," tegas Suryo.

Lebih jauh, Suryo juga meminta pemerintah Indonesia agar mampu melindungi martabat bangsa di luar negeri sekecil apa pun, tanpa melihat status dan profesinya. Selain itu, mantan Pangdam Jaya ini mendorong adanya sistem pendampingan bagi setiap WNI.

"Khusus KBRI Singapura harus bisa membuat sistem pendampingan pada setiap WNI saat dipermainkan imigrasi Singapura. Jangan bisanya cuma menyampaikan penjelasan Singapura," tandasnya.

(ind)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews