Kerusakan Lingkungan di Hari Bumi 2016

Rusak Parah! Lahan 100 Hektare dan Bukit Setinggi 50 Meter di Bengkong Rata Dikeruk

Rusak Parah! Lahan 100 Hektare dan Bukit Setinggi 50 Meter di Bengkong Rata Dikeruk

Tiang sutet di Tanjung Buntung, Bengkong, Batam, yang tinggal menunggu ambruk. (Foto: Iskandar/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Aktivitas pengrusakan lingkungan di Tanjungbuntung, Bengkong, Batam, benar-benar masif. Bahkan bukit yang semula setinggi 50 meter, kini rata tak bersisa bahkan bopeng di sana sini.

Lahan pengerukan bukit itu diduga mencapai 100 hektare lebih. Kini yang tinggal hanya cekungan-cekungan.

Diduga aktivitas pengerukan bukit yang berada di sekitar permukiman warga itu tanpa melalui proses perizinan, amdal, dan kajian-kajian terkait lingkungan.

Material tanah itu menurut informasi warga setempat untuk material penimbunan reklamasi pantai di sekitar Bengkong yang marak. 

 

Aktivitas pengerukan bukit di Bengkong. (Foto: Iskandar/Batamnews)

 

Bukit itu kini berbentuk lembah. Pengerukan diperkirakan sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa ada yang mengawasi.

Semula bukit itu jauh lebih tinggi dari rumah warga, namun saat ini berada di bawah rumah warga, bahkan sudah membentuk lembah.

"Dua tahun yang lalu sebelum dikeruk bukit ini lebih tinggi dari rumah saya, tu bisa dilihat dari tower PLN batasnya," ujar Tampubolon, yang rumahnya persis dipinggir jurang, Kamis (21/4/2016) siang.

Ia mengatakan, sebenarnya sudah beberapa kali mengajukan keberatan dan bahkan melaporkan ketidaknyamanan terhadap proses pengerukan tersebut. Tapi, tanggapan dan protes warga setempat tidak pernah digubris.

 

Aktivitas truk tanah di tengah permukiman warga Bengkong. (Foto: Iskandar/Batamnews)

 

"Kami sudah lapor RT, tapi tidak ada tanggapan, kemudian lapor OB (BP Batam) tetap sama saja, mereka hanya datang melihat dan pergi," cetus dia.

Awal proses pengerukan, sambungnya, suaminya sempat beberapa kali menegur sopir truk yang membawa bahan material tersebut, karena debu masuk rumah dan membuat kotor semua peralatan rumah. 

"Debunya dulu berterbangan ke mana-mana, pintu harus selalu tertutup. Soalnya yang lewat puluhan mobil dari pagi hingga sore," kata dia.

Selain itu, yang ia keluhkan yakni rumah warga sekitar lokasi pengerukan menjadi retak-retak akibat proses pengerukan. 

"Pada pengerukan tahun pertama rumah saya retak-retak akibat getarannya. Bahkan, getarannya sampai ke dalam rumah, kan tanahnya keras," ujar Tampubolon sembari melihatkan bekas rumahnya yang retak.

 

[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews