Ini Sejarah Dam Air Tadah Hujan Sumber Air Bersih Warga Batam

Ini Sejarah Dam Air Tadah Hujan Sumber Air Bersih Warga Batam

Salah satu dam air tadah hujan yang dikelola PT Adhya Tirta Batam. (Foto: ATB)

BATAMNEWS.CO.ID - Mungkin tidak banyak yang tahu bila Batam sudah memiliki dam tadah hujan sejak tahun 1978. Dam pertama Pulau Batam – Dam Baloi – dibangun Otorita Batam (kini BP Batam) pada 1977. Satu tahun kemudian, dam tersebut dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Nagoya, Pelita, dan Jodoh yang merupakan wilayah bisnis dan pemukiman paling padat kala itu.

Saat pertama kali dioperasikan, Dam Baloi mampu menampung air baku dengan volume 293.000 m3 dan kemampuan abstraksi 30 liter/detik. Namun sejak 2012, dam tersebut tidak lagi fungsikan sebagai sumber air baku. Hal tersebut dikarenakan air baku Dam Baloi sudah sangat tidak ekonomis bila dipaksakan untuk diolah karena sudah sangat tercemar oleh limbah rumah tangga yang berasal dari rumah liar (ruli).

Kebutuhan air baku yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri di Kota Batam, membuat Otorita Batam menambah cadangan air baku dengan membangun dua dam sekaligus. Tahun 1978, Otorita Batam membangun Dam Sei Harapan dengan volume air baku yang dapat ditampung mencapai 3.637.000 m3 dan Dam Nongsa dengan volume air baku yang dapat ditampung sekitar 24.000 m3.

Dam Sei Harapan

 

Dam Sei Harapan dibangun Otorita Batam untuk mengaliri wilayah Sekupang dan sekitarnya. Apalagi saat itu, Otorita Batam juga menjadikan Sekupang sebagai pusat pemerintahan dan mulai membuka kawasan pemukiman di wilayah tersebut – sebelumnya wilayah pemukiman masih terpusat di sekitar Nagoya-Jodoh dan sekitarnya.

Pulau Batam yang kian berkembang membuat Otorita Batam kembali menambah cadangan air baku. Tahun 1985, instansi pemerintah tersebut kembali membangun dam baru –Dam Sei Ladi – untuk menambah cadangan air baku di Pulau Batam. Satu tahun kemudian dam tersebut sudah dapat dimanfaatkan dengan volume air baku 9.448.000 m3.

Kemudian, seiring dengan berkembangnya kawasan Mukakuning sebagai daerah industri, Otorita Batam membangun dam baru di wilayah tersebut – Dam Mukakuning – dengan volume air baku mencapai 13.147.000 m3. Air dari dam tersebut untuk mengaliri wilayah Mukakuning, Batu Aji, Sagulung dan sekitarnya.

Dam Sei Ladi

 

Kebutuhan air baku yang diprediksi akan terus meningkat membuat Otorita Batam berinisiatif membangun Dam Duriangkang. Dam yang dibangun tahun 1990 tersebut merupakan dam estuari terbesar di Indonesia dengan volume air baku mencapai 78.560.000 m3.

Dam Duriangkang resmi dioperasikan pada 2001 setelah dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Tanjung Piayu. Hanya saja pada 1997/1998 saat Batam terkena dampak El Nino, air baku di dam tersebut sebenarnya sudah mulai dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Batam.

Sejak Dam Baloi tidak dioperasikan, otomatis Pulau Batam hanya mengandalkan air baku dari lima dam, yakni Duriangkang, Sei Ladi, Nongsa, Mukakuning, dan Sei Harapan. Saat ini Otorita Batam (BP Batam) sebenarnya sudah membangun Dam Tembesi yang merupakan dam estuari seperti Dam Duriangkang. Namun hingga saat in Dam Tembesi masih belum bisa digunakan – masih menunggu airnya tawar.

sumber: ATB

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews